SEBUAH CATATAN TENTANG PLAGIARISME KARYA CIPTA LAGU: Benarkah D’Masiv Band Plagiat?

d'masiv24 April 2009, bertempat di Balai Sarbini Plaza Semanggi, Setelah membacakan para Nominator, dengan lantang lalu diumumkanlah “Kategori Album Terbaik 2009 adalah……..”The Special One” YOVIE & NUNO…!!!” Segeralah Yovie Widianto, Dudi, Dikta, dan Diat segera naek ke atas panggung untuk menerima penghargaan tersebut, hingga kemudian Yovie, sang leader mengucap seraya kaget melihat trophy:”Ini bener Anugerah Musik Indonesia kan? Bukan anugerah musik Melayu…?” sebuah sindiran yang cukup menghenyakkan seisi gedung (terlebih ST 12, yang sebelumnya didaulat sebagai Band Terbaik 2009, mengalahkan Yovie & Nuno). Tak berhenti di situ, di kesempatan lain, dengan venue yang sama, Yovie kembali berujar: “yang terpenting ialah kami mampu menghasilkan karya yang orisinil dan tidak menjadi Band Plagiat”. Dua “scene” itu merupakan bagian dari sebuah rutin besar, bahkan mungkin yang terbesar dalam ranah Musik di Indonesia, yakni Anugerah Musik Indonesia (AMI) Awards 2009. Dua sindiran yang dilontarkan oleh Yovie Widianto sebagai musisi kawakan malam itu sepertinya cukup menutup megahnya pagelaran acara dengan tembakan-tembakan sindiran yang sesungguhnya sudah sangat sering ia lemparkan sebelum bahkan sesudah ajang tersebut, dan tersangkanya ialah satu: D’Masiv, band pendatang baru yang menuai sukses dalam debutnya. Pertanyaannya, benarkan yang dilakukan oleh D’Masiv merupakan salah satu bentuk plagiasi karya musik? Sepertinya untuk menilai hal tersebut tak semudah melemparkan tudingan layaknya yang dilakukan oleh Yovie.

Sesungguhnya bukan hanya Yovie Widianto yang menuding Band D’Masiv sebagai plagiator, banyak insan musik hingga media yang turut memojokan D’Masiv sebagai band peniru lagu-lagu musisi luar negeri, meskipun tidak se-intens dan se-pedas tudingan-tudingan Yovie, yang membuat saya takjub, koq bisa ya seniman melemparkan tudingan sporadik semacam itu? Berjuang atas nama orisinalitas kaum atau iri dengan kesuksesan Band-band fresh yang melesat bak Apollo 11?

Plagiarisme Dalam Hukum Indonesia

Untuk melakukan “eksaminasi” terhadap fenomena tersebut, maka hal yang pertama yang harus didudukan ialah bagaimanakah plagiarisme musik itu diatur dalam hukum Republik ini. Banyak insan musisi hingga pengamat musik macam Bens Leo yang mengatakan bahwa sebuah lagu dikatakan meniru/menjiplak karya lagu yang lain apabila memiliki kesamaan hingga 8 bar. Namun satu yang pertanyaan yang kemudian muncul ialah dari manakah aturan 8 bar itu timbul? Karena segala peraturan di negara ini, dari mulai UU Hak Cipta hingga berbagai kode etik tidak menyebutkan hal itu. UU Hak Cipta hanya menyebutkan pelarangan pengeksploitasian, pengumuman, maupun perbanyakan karya cipta (termasuk lagu) yang setidaknya memenuhi persyaratan memiliki kesamaan pada pokoknya. Apakah lagu-lagu D’Masiv memang telah memenuhi ketentuan tersebut (persamaan pada pokoknya)? Saya bukan musisi ataupun Masiver (sebutan para fans D’Masiv), tapi saya akan coba melakukan telaah lebih mendalam dari bidang yang saya kuasai, yakni legalitas sebuah “tudingan publik” pada fenomena tersebut. Benarkan D’Masiv band plagiat?

Setidaknya terdapat 8 lagu D’Masiv yang diduga merupakan plagiat dari Band-Band Internasional. Berikut lagu-lagu dimaksud:

1).     Cinta Ini Membunuhku = I Don’t Love You – My Chemical Romance

2).     Diam Tanpa Kata = Awakening – Switchfoot

3).     Dan Kamu = Head Over Heels (in This Life) – Switchfoot

4).     CInta Sampai di Sini = Into The Sun – Lifehouse

5).     Sebelah Mata = The Take Over, The Break’s Over – Fall Out Boy

6).     Dilema = Soldier’s Poem – Muse

7).     Tak Pernah Rela = Is It Any Wonder – Keane

8).     Lukaku = Drive – Incubus

 

Setelah saya mencoba melakukan perbandingan dengan mendengarkan lagu-lagu tersebut secara bergantian, dan kesimpulan saya ialah iya, memang ada persamaan, yang mana persamaan pada lagu-lagu yang ditudingkan tersebut umumnya terdapat pada intro lagu, bahkan kemiripannya sangat kental pada lagu “Cinta Ini Membunuhku” yang diduga mencontek lagu “I Don’t Love You”-nya My Chemical Romance serta pada lagu “Cinta Sampai Di Sini” yang diduga mencontek lagu “Into The Sun”-nya Lifehouse. Meskipun memiliki kemiripan pada intro, namun tidak pada keseluruhan/pokoknya atau bahkan reff lagunya yang seringkali menjadi inti popularitas sebuah lagu. Sehingga saya dapat katakan, lagu-lagu D’Masiv tidak terasosiasikan dengan lagu-lagu band luar yang ditudingkan alias tidak memiliki kesamaan pada pokoknya dengan lagu-lagu yang ditudingkan tersebut, dimana apabila kita hilangkan/ganti intro dengan not yang lain tidak serta merta akan menggubah reff atau inti lagu-lagu tersebut, terkecuali apabila kunci dasar yang dimainkan memang sama mutlak, dari awal hingga akhir, namun saya tidak menemukan kesamaan ekstrim seperti itu. Ketika mendengar lagu “Cinta Ini Membunuhku” (meskipun mirip) namun saya tidak lantas teringat pada “I Don’t Love You”-nya MCR, karena memang kesamaannya hanya pada intro-nya saja, tidak pada kunci dasar, pokok atau “jiwa” dari lagu-lagu tersebut, dimana not selanjutnya jelas berbeda, dan itu terjadi di hampir semua dugaan kemiripan lagu-lagu D’Masiv. So, sense otak kanan saya tidak menyatakan itu plagiasi.

Menurut saya, justru lebih menarik untuk mengeksaminasi lagu “Perempuan Yang Paling Cantik Di Negeriku Indonesia”- Dewa 19 yang diduga memiliki kemiripan dengan lagu “Kekasih Yang Tak Dianggap”- Kertas (terakhir dibawakan oleh Pinkan Mambo) serta “Change The World” yang merupakan OST. Inuyasha yang dibawakan oleh sebuah Band Jepang, dimana ketiga lagu tersebut memiliki kesamaan yang cukup jelas pada reff, yang merupakan bagian sentral dari sebuah lagu. Atau pada contoh kasus kemiripan lain, yakni “Bukan Superstar” yang dibawakan oleh Project Pop yang diduga mencontek lagu Kangen Band yang berjudul “DOY”. Bahkan Gumilar alias Gugum Project Pop pun tidak menafikan jika lagu yang diciptakannya tersebut mirip dengan DOY-nya Kangen Band, dan dia hanya mengatakan bahwa ialah sebuah kewajaran sebuah lagu memiliki kemiripan, itu yang namanya terinspirasi, asalkan tidak benar-benar mencontek. Belum lagi lagu “Anugerah Terindah Yang Pernah Kumiliki” -Sheila on 7 yang memiliki kemiripan dengan lagu lawasnya Cat Stevens yang berjudul “Father and Son”. Menurut saya kasus-kasus sebagaimana disebutkan itu jauh lebih sensitif kemiripannya dibanding dengan karya-karya lagu D’Masiv, namun entah kenapa Yovie dan pihak-pihak lainnya banyak yang memojokan D’Masiv seraya membentuk opini publik bahwa D’Masiv merupakan band plagiat. Apakah hanya karena banyak (8 lagu dalam satu album) yang memiliki kesamaan, yang sesungguhnya pun hanya pada bagian kecil dan bukan “core song”?

Definisi Plagiarisme

Baiknya lagi kita perlu menyimak terlebih dahulu apa itu plagiarisme yang plagiat“hidup” di dunia musik internasional. Blacks Law Dictionary memberikan definisi plagiarism sebagai Tindakan meniru komposisi liteatur atau bahagian dari atau kutipan pendek dari tulisan atau ide-ide atau bahasa-bahasa yang sama dan menjadikannya sebagai hasil pemikiran sendiri, bila material ini dilindungi Hak Cipta, maka tindakan-tindakan tersebut merupakan suatu pelanggaran Hak Cipta. Sedangkan Wikipedia memberikan definisi bahwa plagiarisme musik adalah penggunaan atau proses imitasi yang dilakukan pencipta lagu lain dan menyajikannya kembali sekaligus mengklaimnya sebagai karya asli sendiri.

Satu hal yang perlu diingat dalam plagiarisme ialah mengenai adanya kemiripan alamiah, yakni kemiripan yang murni lahir secara alamiah dan naluriah akal manusia tanpa adanya pengaruh dari luar pemikirannya. Bisa saja 2 (dua) orang menciptakan sebuah karya lagu yang memang memiliki kunci dasar sama baik di waktu yang sama ataupun beda tanpa adanya pengaruh satu sama lain, hal yang seperti itu tidak bisa diperbataskan oleh undang-undang. Meskipun demikian, kemiripan alamiah tidak serta merta dapat dijadikan “tameng” terhadap adanya dugaan suatu tindakan plagiat, apabila ada dugaan plagiarisme sebagaimana dimaksud, maka yang perlu dibuktikan terlebih dahulu ialah access factor  (faktor akses) dari si pencipta lagu terhadap lagu yang telah lahir terlebih dahulu yang diduga sebagai lagu yang diconteknya. Sejauh mana si pencipta lagu yang dituding plagiat memiliki akses yang cukup terhadap lagu yang dianggap mirip tersebut. Apabila faktor akses telah terpenuhi dan ditambah dengan adanya indikasi kemiripan lagu melalui identifikasi telinga, maka cukuplah kiranya hal tersebut untuk dijadikan dugaan awal terjadinya sebuah plagiarisme karya cipta lagu. Namun eksaminasi sebuah dugaan plagiarisme karya cipta lagu tidak selesai pada titik itu, pada tingkat yang lebih formal legalistik harus dibuktikan beberapa elemen substansial yang terdapat pada karya cipta lagu tersebut. apa sajakah elemen dimaksud?

Robert C. Osterberg dan Eric C. Osterberg dalam bukunya “Substansial Similarity In Copyright Law” menyatakan bahwa “Substantial similarity in music may be found through an examination of any of a large array of elements including melody, harmony, rhythm, pitch, tempo, phrasing, timbre, tone, spatial organization, consonance, dissonance, accents, basslines, new technological sounds dan overall structure”. Dari uraian tersebut telah jelas bahwa untuk mengidentifikasi sebuah plagiarisme karya lagu ialah tidak semudah yang dibayangkan dan tidak sesederhana hanya menyatakan ukuran 8 bar (bahkan saya pun ragu lagu-lagu D’Masiv apakah memang memenuhi ketentuan 8 bar tersebut). Melodi, harmoni, rithem, pitch, tempo, penyusunan kata-kata, warna nada, nada, pengaturan spasial, konsonan, kejanggalan bunyi, aksen, bassline, serta struktur dan teknologi suara baru merupakan elemen-elemen yang perlu diidentifikasi lebih lanjut untuk mendapatkan suatu simpulan plagiarisme karya cipta lagu. Begitu banyak elemen identifikasi yang harus dipenuhi untuk menentukan apakah pada sebuah lagu terdapat persamaan pada pokoknya (substantial similarity) atau tidak, sehingga untuk menentukan sebuah lagu itu memiliki persamaan pada pokoknya dengan lagu lain ialah sebuah hal yang kompleks, terlebih di negara ini belum ada sebuah bentuk pengaturan yang konkrit tentang plagiarisme karya lagu sebagaimana dimaksud.

Kasus Joe Satriani vs Coldplay

Sebagai perbandingan konkrit ialah pada perkara Joe Satriani vs Coldplay, dimana Joe Satriani menuding Chris Martin cs telah menjiplak lagunya yang telah lahir terlebih dahulu yang berjudul “If I Could Fly” pada lagu “Viva La Vida” yang dirilis oleh Coldplay dan cukup menuai kesuksesan. Adapun perkara tersebut tengah diproses di Pengadilan Federal Los Angeles, Amerika Serikat. Perkara tersebut memang dapat menjadi sebuah refleksi yang konkrit dari pembahasan ini, dimana memang dugaan kemiripan itu ada pada bagian inti lagu yang menjadi not dasar lagu, yakni bagian Chorus dari “If I Could Fly” bahkan memiliki struktur melodi, harmoni dan rhythm yang sama dengan “If I Could Fly”. Bagi orang awam seperti saya, sekilas yang terdengar pada melodi vokal Chris Martin memang sangat identik dengan melodi gitar Joe Satriani, sehingga saat mendengar lagu “Viva La Vida” kita akan lantas teringat (terasosiasikan) dengan lagu ”If I Could Fly”, ilustrasi “keteringatan” atau kemiripan pada persamaan pada pokoknya sebagaimana dimaksud merupakan syarat mutlak untuk terbuktinya sebuah plagiarisme karya cipta lagu.

Dengan demikian, di tengah ketiadaan perangkat hukum yang mumpuni dan tegas dalam mengaturnya, maka tidaklah arif (apalagi untuk seorang seniman/musisi) untuk melakukan tudingan-tudingan sporadik terhadap sebuah Band yang dituding plagiat, biarlah masyarakat yang menilai. Kalau memang masyarakat suka, ya biarkanlah masyarakat menikmati rasa sukanya, sejauh memang kemiripan-kemiripan itu tidak jatuh pada ketentuan persamaan pada pokoknya (substantial similarity). Bahkan rocker gaek Ahmad Albar pernah berujar bahwa biarkan saja ada Band Plagiat, karena memang negeri ini negeri plagiat. Ada betulnya memang, jangan sampai semakin sering orang berteriak (seperti Yovie) tentang plagiarisme sempit justru akan semakin mempersempit jarak antara plagiarisme dengan inspirasi, sebagai catatan, inspirasi ialah “oksigen” bagi musisi dalam menciptakan sebuah karya lagu. Kalau itu sampai terjadi, hancurlah dinamika musik dalam negeri. Dewa 19 yang mengorbit pada Queen, Nidji pada Coldplay, The Fly pada U2, Saint Loco pada Linkin Park, Netral pada Blink 182 dan banyak yang lainnya pastinya akan kelimpungan menerima dampaknya. Belum lagi band-band pendatang baru yang justru mengorbit pada band-band lokal sendiri, pasti akan lebih sensitif mengundang kekisruhan, Bahkan jika memang tudingan-tudingan murahan tentang plagiarisme lagu semakin gencar didengungkan tanpa dasar, maka akibatnya ialah mungkin akan muncul tudingan-tudingan plagiarisme lagu seperti ini:

Ari Lasso (Tulus) => Bryan Adams (When You Love Someone)

BIP (1000 Puisi) => U2 (I Still Haven’t Found What I’m Looking For)

Boomerang (Gadis Extravaganza) => Guns N Roses (Welcome To The Jungle)

Caffeine (Tiara) => U2 (Stay)

Dewa (Arjuna Mencari Cinta) => U2 (I Still Haven’t Found What I’m Looking For) + The Police (Roxanne)

Dewa (Pangeran Cinta) => Led Zeppelin (Immigrant Song)

Dewa (Hadapi Dengan Senyum) => Queen (Let Us Cling Together)

Ratu (Lelaki Buaya Darat) => Chantal Kreviazuk (Another Small Adventure)

Sheila On 7 (Karna Aku Setia) => Oasis ((What’s The Story) Morning Glory)

Sheila On 7 (Kita) => Blur (Coffee & TV)

Sheila On 7 (Percayakan Padaku) => The Beatles (Blackbird)

Sheila On 7 (Saat Aku Lanjut Usia) => The Beatles (When I’m Sixty Four)

Sheila On 7 (Seandainya) => Blur (No Distance Left To Run)

Sheila On 7 (Temani Aku) => Oasis (She’s Electric

Sheila On 7 (Tunggu Aku Di Jakarta) => Oasis (Champagne Supernova)

Titi DJ (Bahasa Kalbu) => Nikka Costa (First Love)

Titi DJ (Sang Dewi) => Garbage (The World Is Not Enough)

Anda (Tentang Seseorang) => Coldplay (Don’t Panic)

Bondan (Bunga) => Mel C (Never Be The Same Again)

Caffeine (Hidupku Kan Damaikan Hatimu) => Saigon Kick (I Love U)

Diah Iskandar (Surat Undangan) => The Jackson Five (I’ll Be There)

Dewa (Satu Sisi) => Duran-Duran (Save A Prayer)

Dhani & Chrisye (Jika Surga Dan Neraka) => Portishead (Glorybox)

Element (Kupersembahkan Nirwana) => Theme 007
Glenn Fredly (Cinta Silver) => Bachelor Number One (Dream I’m In)

J-Rocks (Hampir Semua Lagunya) => Lagu-lagu L’Arc~en~Ciel

Krisdayanti (Cobalah Untuk Setia) => Penny Taylor (Total Eclipse Of My Heart)

Melly (Ada Apa Dengan Cinta => Mono (Life In Mono)

Melly (Demikianlah) => Blink 182 (First Date)

Melly (Dunia Milik Berdua) => Avril Lavigne (Sk8er Boi)

Melly (Ku Bahagia) => Shades Apart (Stranger By The Day)

Melly (Tak Tahan Lagi) => T.A.T.U (Not Gonna Get Us)

Pas Band (Biarlah & Kumerindu) => The Nixons (Sister)

Peterpan (Ada Apa Denganmu) => U2 (Bad) & Simple Plan (Every Time)

Peterpan (Di Atas Normal) => Muse (Jimmy Cane)

Potret (17 tahun) => The Cardigans (Carnival)

Potret (Bagaikan Langit) => Weezer (The Good Life)

Potret (Diam) => Weezer (Say It Ain’t So)

Potret (Jadi Kekasihku) => Ligthning Seeds (Lucky You)

Potret (Mak Comblang) => Supergrass (Alright)

Radja (Jujur) => The Radios (Teardrops)

Radja (Tulus) => Stevie Wonder (Lately)

Saint Loco (Microphone Anthem) => RUN DMC (Me Myself And Microphone)

Seurieus (Rocker Juga Manusia) => Queensryche (Silent Lucidity)

Sheila On 7 (Berhenti Berharap) => Steel Heart (Mama Don’t Cry)

T-Five (MIRc) => House Of Pain (Jump Around)

Published in: on May 13, 2009 at 10:47 am  Comments (15)  
Tags: , , , , , , , , ,

The URI to TrackBack this entry is: https://72legalogic.wordpress.com/2009/05/13/sebuah-catatan-tentang-plagiarisme-karya-cipta-lagu-benarkah-dmasiv-band-plagiat/trackback/

RSS feed for comments on this post.

15 CommentsLeave a comment

  1. tambahan bang.. lagunya Slank yang Kampungan, mirip banget dari awal ampe akhir ama lagunya rolling stone.. cuma gw lupa judulnya..

    bwt gw, d’masiv tetep keren.. karena lagu2 mereka enak bwt didenger n dinyanyiin..

    bwt ST12, well gw bukan pecinta musik mereka.. tapi, so what kalo lagu2 mereka dibilang lagu2 melayu? orang2 pada suka kok? dan itu menurut gw hak azazi semua orang.. kalo orang2 pada suka, kenapa si yovie yang sebel?? jangankan menghargai musisi laen, menghargai pecinta musik aja dia ga bisa.. fu*k lah..

    hidup d’masiv!! hidup pecinta musik indonesia.. hidup ST12 juga deh!!

  2. Kalo yang bilang 8 bar itu cuma orang tolol yang nggak ngerti musik. (no offense!) Yang bener itu 1 bar kemiripan boleh dibilang jiplak

  3. lgunya RADJA ga da wktu jg mirip ma lguya T2 yana mlu2 dong..da org yang mgkin ga ska dmasi vdia sll nyma2in lgu dmasiv ma lgu luar,,pdhl cm mirip dkt2 doank..q mang MASIVERS,jd ga slh klu q belain dmasiv..

    D’MASIV DI HATI..
    D’MASIV DI NANTI..
    MASIVERS TAK AKAN MATI…

  4. lgunya RADJA ga da wktu jg mirip ma lguya T2 yana mlu2 dong..da org yang mgkin ga ska dmasiv dia sll nyma2in lgu dmasiv ma lgu luar,,pdhl cm mirip dkt2 doank..q mang MASIVERS,jd ga slh klu q belain dmasiv..

    D’MASIV DI HATI..
    D’MASIV DI NANTI..
    MASIVERS TAK AKAN MATI…

    • ALAY AMAT LO . ketikannya bisa ga sih yang normal? norak banget

  5. lgunya RADJA ga da wktu jg mirip ma lguya T2 yang mlu2 dong..da org yang mgkin ga ska dmasiv dia sll nyma2in lgu dmasiv ma lgu luar,,pdhl cm mirip dkt2 doank..q mang MASIVERS,jd ga slh klu q belain dmasiv..

    D’MASIV DI HATI..
    D’MASIV DI NANTI..
    MASIVERS TAK AKAN MATI…

  6. Kutarik kembali ucapanku

  7. D’Masiv – Jangan Menyerah = Peterpan – Semua Tentang Kita (ini bukan 8 bar lagi, tetapi menurutku ini hampir 1 lagu

  8. wew…Nice and Deep Analysis,.,,

    Hidoep Musik Indonesia lha pokonya,dan bukan Malingsia…

    Hidoep jga boeat bang Yudha aja dah…

    kpan nih undangannya??? wowkowkowkowwkowko halah…

  9. Mantap nie,, N saran gue pd pemerintahan qt y2 : Buatlah uu hak cipta yg mencangkup tentang plagiarisme, agar band2 plagiator i2 bs mempertanggung jawabkan KESALAHAN mrk sama sprti kasus “coldplay n joe satriani”…

    N BUAT D’MASIV : “Janganlah jadi musisi kalau hanya bs maling lagu org,,? Percuma ja lu pd sukses n tenar, tp semua dgn cara kotor (mengcopy+edit+paste karya org tanpa izin n mengaku karyanya sendiri)…!!

    STOP PLAGIAT DÌ INDONESIA DEMI KEBAIKAN CITRA MUSIK BANGSA INI…(maju terus blantika musik indonesia)

  10. buat d’Masiv “JANGAN MENYERAH” , klo di tuding plagiat ,,

    coz , masih banyak ko’band” di indonesia yg plagiat pi “GA KETAUAN” ,,,,,,,,
    ckckckckckck , , , ,

    sukses truz bwt d’Masiv ,n band” di indonesia , ,

    smoga permusikan indonesia lebih baik lagi ,,,

    lam 5 jari ! ! !

  11. J-Rocks.. hampir smua lagunya?????

    J-rocks kan mmng suka jepang.. tpi cma blang hampir smua lagunya itu mnrut q ga bijak sma skali….

    coba deh dijabarkan kyk lagu2 yg dijiplak d’masiv.. dgn bgitu qta bsa tau mn lagu yg dijiplak sma J-rocks…

    dan.. J-rocks bkin lagu dgn lirik bahasa jepang lho.. secara g lngsung mereka mmng ngasih tau bahwa mreka suka lagu2jepang… *lguny Kono mune ni : Japanese versionny berharap kau kembali*

    lgian, soal skill.. J-rocks skillnya diatas rata2..

    jadi.. cuma blg ‘hampir smua lagunya’ itu sama sekali ga bijak..

  12. cara menilai otentik nya sebuah lagu tidak sama antara pencipta lagu, pengamat , dan hanya sekedar penik mat saja.
    kebanyakan pencipta lagu sekarang setelah thn 2000 an menjiplak nuansa skaligus melodi lagunya
    sedang di era 60 an pencita lagu agak hati2 membuat melodi nya kalu pun ada yg mirip nuansa beat nya dirubah hingga tak begitu kentara.
    sesudah era lagu pop men dunia pada dasarnya tidak ada lagu yang benar2 original semua saling mempengaruhi tak terkecuali lagu pop barat yang terpengaruh lagu klasik dan romantic bahasan nya bisa terlalu panjang kalau contoh2 di tulis disini

  13. Jangan Menyerah kkak d`M
    tetap menjadi terbaikk

  14. ini mksudnya membela d’masiv, ,atau menghina d’masiv sih. .
    tega betul ngatai d’masiv plagiat. .sakit hati aku. .
    sbagai masivers sejati aku gak terima d’masiv d’gitukan. .and d’katai seperti itu. .>,<

    aku akan mendukung d'masiv terus sampai titik penghabisan ku ini. .


Leave a reply to ika Cancel reply